
Awalnya dia bersikeras tidak mau bersekolah di SMP Negeri. "Nanti gurunya galak-galak", kilahnya. Tapi demi melihat mamahnya yang dengan semangat 45 bolak-balik ngurusin berkas-berkas PSB SMP DKI (karena untuk urusan 'pindah rayon' dari Tangerang ke DKI bejibun surat2 yang mesti diurus), ngantri berjam-jam ngembaliin formulir, tiap hari memantau hasil PSB SMP DKI via PSB Online di internet dst..dst.. maka luluhlah hatinya..
Apalagi dia lihat sendiri betapa rekan-rekannya banyak yang berguguran karena Nilai UASBN-nya tidak bisa 'tembus' ke SMPN yang dituju karena memang quota untuk pendaftar dari luar DKI hanya 5% dari yang diterima.
Alhamdulillah, dengan nilai UASBN > 27 (dengan nilai rata2 > 9) nama Abang Dzaka tetap bertengger di atas dalam daftar 18 anak Non DKI yang diterima di SMPN 177 Jakarta.. Alhasil, walaupun notebene mamahnya menyerahkan 100% pilihan itu kepadanya, maka diapun memantapkan hatinya untuk merelakan bangku yang sudah dibayar 50% sejak Januari lalu di SMPIT Auliya.

Sejak saat itu dia jadi 'keranjingan' catur. Selain Papahnya, Pakde & Om2nya selalu ditantangnya main catur jika datang ke rumah kami. Dia selalu menang jika bertanding dengan teman2nya di kompleks dan teman2 bahkan guru2nya di sekolah..
Aku coba menyalurkan bakatnya itu dengan ikut dalam beberapa kali 'turnamen catur junior' yang diadakan oleh PERCASI, walaupun di ajang itu - meski beberapa kali masuk final - belum pernah menang. Sebenarnya Ketua Percasi Tangerang sendiri sudah menawariku untuk memasukkan Dzaka ke Sekolah catur di Karawaci atau mengirim 'guru' ke rumah kami (supaya bakat Dzaka makin terasah, katanya). Tapi papahnya menolak mentah2.. "Nanti Dzaka jadi KUPER", kilahnya... Ya wis-lah...
Dan seperti saran papahnya, untuk menyeimbangkan hobby-nya itu aku coba mengikutkannya les 'Taekwondo'. Tapi dia sudah 'nyerah' ketika baru sampai 'ban kuning'. Dzaka memang kurang tertarik untuk permainan yang berbau 'fisik'. Walaupun begitu dia tidak bisa 'nolak' jika papah mengajaknya berenang atau main bola.. he2.
Dalam hal sekolah, aku sempat 'kalang-kabut' ketika di kelas 3 SD dulu aku 'dipanggil' guru & kepala sekolahnya karena Dzaka dianggap 'kurang kooperatif' di kelas. Bayangkan, setiap gurunya menerangkan pelajaran, dia malah asyik corat-coret sendiri. Waktu gurunya tanya: Gambar apa itu? Dia dengan kalemnya menjawab: "Labirin"... Masya Allah..
Alhasil, nilai2nya mulai terjun bebas.. Akhirnya di kelas 4 aku & papahnya memutuskan untuk memindahkannya ke sekolah lain. Sepertinya dia sudah mulai 'jenuh' di sekolah lamanya itu..
Subhanallah.. di sekolah barunya pelan2 Dzaka mulai berubah. Mungkin juga karena aku cukup intensif mendiskusikan perilaku dan perkembangan Dzaka dengan walikelasnya, sehingga guru dan teman2nya sangat 'wellcome' dan Dzaka merasa 'nyaman' di sana.. Baru 3 bulan di sekolah barunya itu, Dzaka terpilih (bersama 11 anak lain di sekolahnya) untuk ikut lomba MTQ di Trans TV. Dan Alhamdulillah, dia berhasil menyabet juara 2-Putera. Waktu itu dia dapat Piagam dan uang tunai Rp750.000,-. Dia bangga banget.. Sejak saat itu kepercayaan dirinya makin meningkat. Lebih2 setelah itu dia selalu terpilih untuk ikut mewakili sekolahnya dalam setiap ajang Olimpiade Matematika & Sains. Untuk 2 bidang itu memang dia cukup unggul dibanding teman2nya..
Akhirnya dari hasil UAN tempo hari Dzaka bisa tembus dalam 5 besar di sekolahnya dan bisa diterima di SMP 177 itu yang -notabene- merupakan salah satu SMP Unggulan di Jakarta Selatan.. Alhamdulillah...

Yah, begitulah Abang Dzaka, Albert Einsteinku...