Rabu, November 05, 2008

Ketika Rasulullah SAW Tersenyum...

Bayangkan…,
Apabila Rasulullah SAW dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita........
Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan amat sangat berbahagia, memeluk Beliau erat-erat dan lantas mmpersilahkan Beliau masuk ke Ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita.
Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat akan lukisan ‘wanita’ yang kita pajang di ruang tamu, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan meletakkannya di ruang tamu.
Beliau tentu tersenyum.......

Atau barangkali kita teringat Video, CD, dan kumpulan film, yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu kumpulan CD tersebut ke dalam.
Beliau tentu tetap tersenyum........

Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita ?
Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Sholawat kepada Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa keluarga kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajarkannya.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah SAW dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Rangers atau F4. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar menjadi ruang Shalat. Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan dengan Rasulullah SAW.
Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita? Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berbunyi.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV.
Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat jama’ah atau sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al Qur'an.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.
Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanya tentang nama dan alamat penjaga masjid di kampung kita.
Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan rumah kita......
Apa yang akan kita lakukan ? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan Beliau masuk dan menginap di rumah kita ? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak Beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita tidak nyaman, repot dan malu…

Maafkan kami ya Rasulullah.... Masihkah Beliau tersenyum ? Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir.....
Oh… betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

Dan akankah kita membuat Beliau tersenyum di pertemuan kita dengan Rasulullah SAW (di yaumil akhir) nanti …?
Dan keinginan berkumpul dengan umatnya menjadikan Rasulullah SAW selalu memaafkan kesalahan umat yang dicintainya… karena sang pecinta sejati memiliki segudang maaf untuk umatnya yang menyadari kesalahan dan kembali padanya…