Minggu, Desember 21, 2008

SEPERCIK UNTAIAN DO'A ARAFAH

Arafah, 9 Dzulhijah 1429 H (7 Des 2008)

Aku memohon-Mu
dengan nama-Mu yang suci benderang..
Cahaya di atas cahaya
Sumber segala 'Nur'..
Yang karena kedahsyatannya bumi terbelah,
langit terbuka
dan singgasana (Arsy) bergetar!!!

Aku memohon-Mu
dengan nama-Mu yang membuat
sayap-sayap malaikat-Mu berkelepak!
Aku memohon-Mu
dengan perantara Jibril, Mikail, Israfil
dan Muhammad al-Mustafa SAW
serta seluruh nabi dan malaikat!

Aku memohon-Mu
dengan nama-Mu yang Engkau torehkan
di atas altar kehormatan dan kemuliaan,
wahai Yang tak mengabaikan orang yang meminta-Nya...

Rabu, Desember 17, 2008

LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK...

Labbaik Allahumma Labbaik...
Labbaika laa syariika laka labbaik
Innal hamda wa ni'mata laka walmulka
Laa syariikalaka

Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah..
Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu
Sesungguhnya segala puji, nikmat & kerajaan hanyalah milik-Mu
Tiada sekutu bagi-Mu...


18 November 2008

(di Bandara Soekarno Hatta, diatas GA-984 dan di King Abdul Aziz Airport, Jeddah)




19-23 Nov 2008
(Masjidil Haram, Mekkah Al Mukarromah)



Lautan manusia di Masjidil Haram


Jabbal Rahmah

23 Nov - 3 Desember 2008
(Shalat Arba'in, Masjid Nabawi - Madinah Al Munawaroh)


Masjid Nabawi , Raudah


Green Dome


Masjid Kuba, Kebun Korma


Subhanallah... Allahu Akbar... Wallahu a'lam bishawwab...

3 - 6 Desember 2008
(Aziziah; persiapan dan pemantapan menjelang Haji)


Survey Jamarat (lokasi lempar jumroh) dan tenda di Mina


Terowongan Mina

7 Desember 2008
(9 Dzulhijjah; Wukuf di Arafah & Mabit di Mudzalifah)


MiringArafah.. oh arafah... Disinilah tempat Allah menjamu tamu-Nya dengan 'hidangan' yang paling istimewa

8 Desember 2008
(10 Dzulhijah 1429 H; Tawaf Ifadah & Jumratul Aqabah)


Istirahat sejenak usai Thawaf Ifadah & Shalat 'Ied di Masjidil Haram

9-10 Desember 2008
(11-12 Dzulhijah 1429 H; Jumratul Ula, Wustha & Aqabah - Nafar Awwal, Mabit di Mina)



Usai lontar Jumroh... akhirnya do'aku terkabul, aku bisa juga ketemu Mba Uning & Mas Bambang... Alhamdulillah...
(Episode: "20 hari mencari Mba Uning"...happy ending)

11-12 Desember 2008
(Tawaf Wada' & go to Jeddah, City Tour dll)


Peternakan Unta, Masjid Terapung, Le-Meridien Hotel - Jeddah

13 Desember 2008 jam 08.00 WIB
(Tiba kembali di tanah air tercinta... Alhamdulillah)


Dzaka, Akbar & Affan jemput ke Cengkareng sama Kakek-Nenek, Cek Nong & Cek Tya. Dzaki nggak ikut jemput karena sekolahnya nggak libur dan dia pantang membolos..("Kita ketemu di rumah aja ya, Mah", katanya waktu kutelpon sebelum take-off dari Jeddah)

Rabu, November 05, 2008

Ketika Rasulullah SAW Tersenyum...

Bayangkan…,
Apabila Rasulullah SAW dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita........
Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan amat sangat berbahagia, memeluk Beliau erat-erat dan lantas mmpersilahkan Beliau masuk ke Ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita.
Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat akan lukisan ‘wanita’ yang kita pajang di ruang tamu, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan meletakkannya di ruang tamu.
Beliau tentu tersenyum.......

Atau barangkali kita teringat Video, CD, dan kumpulan film, yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu kumpulan CD tersebut ke dalam.
Beliau tentu tetap tersenyum........

Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita ?
Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Sholawat kepada Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa keluarga kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajarkannya.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah SAW dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Rangers atau F4. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar menjadi ruang Shalat. Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan dengan Rasulullah SAW.
Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita? Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berbunyi.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV.
Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat jama’ah atau sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al Qur'an.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.
Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanya tentang nama dan alamat penjaga masjid di kampung kita.
Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan rumah kita......
Apa yang akan kita lakukan ? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan Beliau masuk dan menginap di rumah kita ? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak Beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita tidak nyaman, repot dan malu…

Maafkan kami ya Rasulullah.... Masihkah Beliau tersenyum ? Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir.....
Oh… betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

Dan akankah kita membuat Beliau tersenyum di pertemuan kita dengan Rasulullah SAW (di yaumil akhir) nanti …?
Dan keinginan berkumpul dengan umatnya menjadikan Rasulullah SAW selalu memaafkan kesalahan umat yang dicintainya… karena sang pecinta sejati memiliki segudang maaf untuk umatnya yang menyadari kesalahan dan kembali padanya…

Jumat, Oktober 24, 2008

ADEK AFFAN MULAI BER-ULAH

Seperti biasa, aku selalu membaca 'buku penghubung' dari sekolah anak2 karena dari situlah aku mengetahui informasi2 penting dari sekolah mereka seperti jadwal ulangan, rapat koordinasi orang tua-guru, tugas2 sekolah dsb.

Tapi kali ini sungguh mengagetkan. Bu Dian, wali kelas Affan di kls II-Hunain menulisiku tentang 'kelakuan' Affan hari itu di sekolah. Menurut bu Guru, Affan terlibat 'pertengkaran' dengan anak kelas I. "Kejadiannya cukup membahayakan karena sampai melempar penggaris dan gunting", demikian tulis bu Dian. Walaupun mereka sudah di'damai'kan oleh pihak guru dan sekolah, tetep aja aku 'gerah' sebab konon si anak tersebut adalah anak kepala sekolah (???)

Inilah buah yang harus kupetik, sifat temperamental Affan akhir2 ini adalah gara2 papah dan abang2nya yang tak bosan2nya 'gangguin' dia ("Abis kalau bukan Affan, saya mesti 'gangguin' siapa lagi dong...Yang lain kan udah gedhe2" itu selalu alasan suamiku ketika aku protes dg kebiasaan jeleknya itu). Kontan aku marah besar sama papah & abang-2nya di rumah kemarin. Dan sidang Istimewapun digelar..

Si kecil Affan berdalih, "Aku cuma 'ngebantuin' temenku aja Mah. Dia yang ngajakin aku tadi.." Dengan menahan emosi aku berusaha untuk 'memberi pemahaman' kepada Affan tentang akibat perbuatannya itu... bla...bla...bla... Aku ngeness.. banget ketika lihat wajah polosnya itu mengangguk seraya berjanji untuk tidak mengulangi lagi..

Ah, Affan.. please, jangan ber-ulah lagi ya..

Selasa, Oktober 14, 2008

Selalu Ada Jalan Keluar

Dari: Imam Sutrisno

Di suatu pagi, mentari tampak meredupkan cahayanya, tak seperti biasanya yang selalu tersenyum lebar dan menebarkan aroma cahaya kecerahan pada setiap insan di muka bumi.
Sementara di sebelah sanapun sang hujan mulai menggoda, mulai melambai-lambaikan godaan awan seolah mengejek sang mentari tuk mulai bersenda gurau, "pagi yang menyejukkan.." guraunya.
Sang mentaripun tersenyum simpul mendengar ejekan sang hujan, dengan lirihpun berucap, "wangi aroma cahayaku tak sirna oleh lambaian godaan awanmu....." Sang hujanpun balas mengejek, "bagaimana mungkin engkau tak kan terhalang, sedang aroma cahayamu tak sampai di muka bumi?"
Sang mentari dengan tegas menjawab, "wangi aroma cahayaku akan selalu terpancar oleh hati-hati hamba yang beriman, walau mendung awan menyelemuti bumi mereka." Mendengar jawaban demikian sang hujanpun berujar, "sungguh engkau telah benar!."

Itulah sepenggal kalimat yang barangkali menjadi sebuah bahan inspirasi, bahwa pada dasarnya sinar cahaya akan selalu benderang menghiasi ruangan - ruangan hati hamba yang beriman. Sang cahaya tak hilang walau diterjang berbagai awan yang melintang, karena sesungguhnya awan itu hanyalah sebuah "sarana penegasan" untuk bisa melihat sang cahaya kembali.
Begitulah, kita hidup di dunia ini, terkadang karena berbagai problema hidup seolah menenggelamkan sumber cahaya abadi yang ada dalam hati ini, padahal justru karena problema hidup itu, "nilai" kita semakin teruji. Bagaimana mungkin kita bisa dibedakan dengan makhluk Allah yang lain, bila kita tidak pernah diuji.
Justru karena ujian, kita "dipaksa" untuk selalu mengasah akal dan fikiran kita. Justru karena ujian, kita selalu dan selalu melihat tanda -tanda kekuasaan Allah. Karena sesungguhnya bagi seorang mu'min "segalanya merupakan kebaikan."

Dalam sebuah haditspun Rasulullah pernah bersabda, " Sungguh unik perkara orang mukmin itu! Semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan ini hanya akan terjadi pada orang mukmin. "

Terkadang, saat kita mengalami sebuah persoalan ekonomi misalnya, begitu berat gundah gulana melanda fikiran kita, perasaan kita bahkan hati kita terasa kacau balau. Namun sadarkah kita, bahwa seberat apapun masalah yang kita hadapi "pasti" sesuai ukuran yang Allah berikan kepada kita. Ini yang harus senantiasa menjadi sebuah "keyakinan mutlak" dalam diri kita.
Sikap kita terhadap sebuah permasalahan, ternyata lebih penting dibanding masalah itu sendiri. Kita sadar di dunia ini tidak ada satupun manusia yang tidak mempunyai masalah, karena memang karena itulah manusia terlahir ke muka bumi, untuk merampungkan masalah. Melalui sebuah masalah, sungguh-sungguh nilai kita diuji oleh Allah. Akankah karena suatu masalah membawa kita semakin dekat kepada Allah? Atau malah mungkin semakin jauh dari bimbingan Allah?

Tatkala karena suatu masalah menimpa kita, lalu setahap demi setahap semakin bisa melihat "betapa besar kekuasaan Allah", maka insya Allah balasan dari Allah lebih besar dari masalah itu sendiri. Namun jika kita semakin membawa diri kepada sebuah kemalasan, kejenuhan, hilangnya motivasi diri.... jangan-jangan kita terbawa kepada sebuah "tipu daya" dari nafsu kita sendiri, yang pada akhirnya membawa kepada sebuah kesengsaraan hakiki.
Sikap kita bisa "selamat", tatkala pada titik puncak "keyakinan hakiki" mengatakan bahwa, "tiada daya dan upaya kecuali karena Allah semata", bukan karena fikiran kita, bukan karena strategi kita, bukan karena kelihaian lobby kita, bukan karena skill kita.... dan bla.. bla...... Tatkala kita "merasa" bisa mengatasi permasalahan namun dalam hati kita, berkata " karena kemampuan fikiran saya" dan melupakan "pemberi" fikiran kita sendiri... Maka sesungguhnya lambat laun tanpa sadar... Kita terbawa pada arus "kesombongan diri..""Na'udzubillah!!!!.
Maka, seandainya saja, kita sudah bisa melihat "rahasia" sebuah masalah, maka sungguh "penglihatan akan keagungan kekuasaan Allah semakin terbuka." Yang terbuka oleh mata hati ini..... Karena hati ini telah bisa melihat, maka pancaran cahayanyapun akan menyinari sang fikiran untuk berfikir lebih jernih... Lebih terarah..., juga kan menyinari setiap langkah dan lintasan fikiran kita.... hingga "jalan keluarpun" akan diturunkan oleh "Sang Pemberi Cahaya."

Dalam do'a Ibnu Athaillah, disebutkan, “Inilah aku mendekat pada-Mu dengan perantara kefakiranku (kebutuhanku) kepada-Mu, Dan bagaimana aku akan dapat berperantara kepada-Mu, dengan sesuatu yang mustahil akan dapat sampai kepada-Mu (yakni tidak ada perantara kepada Allah dengan sesuatu selain Allah). Dan bagaimana aku akan menyampaikan kepada-Mu keadaanku, padahal tidak tersembunyi daripada-Mu. Dan bagaimana akan saya jelaskan pada-Mu halku, sedang kata-kata itu pula daripada-Mu dan kembali kepada-Mu. Atau bagaimana akan kecewa harapanku, padahal telah datang menghadap kepada-Mu. Atau bagaimana tidak akan menjadi baik keadaanku, sedang ia berasal daripada-Mu dan kembali pula kepada-Mu."

Www. Sutrisno. Wordpress. Com

Senin, September 08, 2008

E-mail Papah dari Nagoya

Suamiku, Fadlil Usman, adalah orang yang paling malas untuk nulis surat. Jangankan surat, setiap kali aku sms aja jawabannya cuma: "ok", "thanks", "di atur aja" atau paling banter "saya lagi rapat, nanti saya telp". Tak pernah lebih panjang dari itu...

Tapi kali ini ada sedikit kemajuan. Sebelum berangkat ke Nagoya, Japan akhir agustus lalu (untuk mengikuti 'short-course' di sana s.d 13 Sept nanti) aku berpesan agar kirim e-mail -paling tidak- 2 hari sekali supaya anak2 yang kini sudah bisa pake internet bisa baca e-mail dari papahnya..

Dan, anak2-ku itu pun begitu antusias plus bangga banget bisa baca e-mail dari papahnya (yang masih tetap dengan gayanya yang 'singkat-padat-memikat- itu..), meskipun papahnya tak pernah absen utk telpon ke rumah setiap hari...

Nagoya, 31 Agustus 2008
To : Abang Dzaka & the gank

I fly with Garuda to Japan. Garuda with flied number GA 880 tookeoff from Sukarno Hatta international airport at 11:45 pm Jakarta time. The captain announced that it would take around 7 hours to fly to Narita airport in Japan. It was 8:45 am Tokyo time (6:45 Jakarta time) when the plane landed in Narita Japan. (Below is my pictures inside the airport)


From Narita to Nagoya my friends and I took bus and it took 6 hours. Below is the driver, I don't know his name, he can not speak English.





Setelah terima e-mail yang ini -walaupun taunya cuma dari hasil terjemahan Abang Dzaka- waktu papahnya telpon malam harinya si kecil Affan langsung tanya: "Papah.., itu supil-nya nggak bisa ngomong bahasa Ingglis ya? Jadinya papah nggak tau namanya...?"(Hehehe... si bungsu Affan sampai usianya yang hampir 7 tahun ini memang belum fasih ngomong 'r', red)

Nagoya, 02 September 2008

This is Nagoya University

Yah, cuma segitu doang?? Nah lo.. si papah sudah mulai kumat penyakit 'males nulis'-nya tuh...




Rabu, Agustus 06, 2008

Our Four Musketters...

Fikriansyah Adzaka alias Abang DZAKA
Saat ini dia lagi seneng main 'game on-line'. Meskipun di rumah sudah dipasang jaringan internet, tetep aja dia lebih suka pergi ke warnet. "Lebih seru", katanya. Bener juga, waktu papahnya melakukan SIDAK (Inspeksi Mendadak, red) ke warnet langganannya itu, di sana berjejer puluhan anak seusia Dzaka yang lagi asyik main game on-line.. Waduh!
Akhirnya papahnya 'nyerah' untuk tidak membolehkan Dzaka main ke warnet. 'Tidak bisa dihindari, yang penting kita mesti bikin aturan main yang jelas buat Dzaka", kata suamiku. Akupun gamang. Dan kesepakatan akhirnya dibuat, bahwa Dzaka hanya bisa main di warnet tiap sabtu dan minggu @ 2 jam saja. Serba salah juga punya ABG yaa..

Fikriansyah Adzaki alias Abang DZAKI
Nilai2 pelajarannya selalu berada di peringkat nomor wahid di kelasnya. Dia sangat disiplin dalam banyak hal.. Setiap malam sebelum tidur, semua properti yang akan dibawanya ke sekolah esok harinya sudah berjejer rapi di ruang tengah: tas + buku2 dan tugas sekolah, pakaian seragam lengkap dg dasi+topi sampai gesper, sepatu & kaos kaki termasuk botol minuman, semua sudah disiapkannya. Dia juga selalu bangun paling pagi di rumah untuk shalat subuh.. Tapi hati2 kalau bikin janji sama Dzaki. Dia paling marah kalau ada yang berjanji tapi janjinya meleset atau tak ditepati...
Meski lahir di tanggal dan tahun yang sama dengan Abang Dzaka, 12 Desember 1996, Dzaki tak pernah mau dibilang 'kembar' dengan Dzaka. Maka jika ada yang bertanya: "Kembar ya?" Kami dengan sigap akan menjawab: "Nggak.. mereka berdua Abang & Adik, meski lahirnya cuma beda 3 menit"... hehe.

Fikriakbar Habibie alias Mas AKBAR
Fikriakbar Habibie, namanya. Selain karena suamiku fans beratnya BJ Habibie, Akbar juga lahir sewaktu professor yang satu itu menjabat sebagai Presiden RI ke 3, tepatnya 12 Mei 1999. Whatever-lah.. yang jelas itu adalah doa kami untuknya: Semoga dia bisa menjadi 'pemikir besar yang disayangi..' Amin.
Di rumah, Akbar masih sangat 'kolokan'. Sejak Affan lahir, dia tak pernah berhenti 'bersaing' dengan adiknya itu. Yang ada dia jadi 'caper' (cari perhatian, red) banget, terutama sama aku & papahnya. Kadang kami dibuat 'pusing' juga dalam meladeni ke'caper'annya itu..
Tapi tidak demikian jika Akbar di luar rumah. Di sekolah, dialah 'jawara' dalam banyak hal. Dia paling sering pulang ke rumah dengan membawa piala, piagam atau hadiah lainnya atas kemenangannya dalam berbagai event dan lomba (kecuali untuk bidang Olah Raga tentunya, kalau yang itu dia mati kutu deh..)
Akbar juga sangat GR-an. Tidak seperti yang lain, Akbar justru paling seneng 'tampil'. Dia pernah 'memukau' dewan juri dan hadirin ketika mengikuti 'Olimpiade Al-Qur'an' se Jabodetabek di SD Nurul Fikri - Depok, untuk hafalan 1/2 juz al-qur'an (dari surat An-Nas s.d. Al A'laa), ketika itu dia masih kelas 2 SD dan peserta 'terkecil' dalam ajang tersebut..

Fikriaffan Fadlil alias Adek AFFAN
Lahir di Jakarta, 12 September 2001, 1 hari setelah peristiwa pem-bom-an WTC di Amrik sana. Kami baru merumuskan nama untuknya 8 jam sebelum kelahirannya.. Waktu itu kami masih di jalan tol Jagorawi dalam perjalanan ke RS Bunda (udah 'janjian' dengan Dokter kandungan untuk operasi 'caesar' jam 16.00 WIB, red). Dan, esok harinya ketika embah kakung & embah uti datang, suamiku dengan PeDe-nya bilang: "Mbah, ini lho 'si tole' .. soalnya namanya dibuat di jalan tol... hahaha. Ada2 aja si Papah..
Sebagai anak 'terkecil' di rumah, Affan sering jadi bulan2-an Abang2nya. Apalagi sampai usianya yang hampir 7 tahun itu dia belum juga bisa bilang 'r', dan ini yang sering jadi 'pangkal' ke-isengan kami semua. Suatu kali dia pernah bilang: "Mah, beliin aku 'Suliken' yaa.." Aku tanya: "Suliken itu apa, Fan?" Dia jawab: "Suliken itu senjatanya Naluto, Mah.. tapi yang bukan 'l'... aku nggak bisa ngomongnya.." Hahaha, mendengar itu kami semua ketawa. Maksudnya 'SURIKEN' toh...

Betapapun, kami bersyukur Allah telah menganugerahi kami mereka berempat, our four musketters. Because We love them just the way they are...