Selasa, Februari 10, 2009

TATKALA ANGGREK BERBUNGA



Kalau bicara soal tanaman dan bunga, ibuku adalah jawaranya (dan ibuku juga adalah IBU juara satu di seluruh dunia, tak ada bandingannya bagi kami, anak-anaknya). Konon, suamiku justru pertama kali jatuh cinta sama bunga-bunga di halaman rumah ibuku sejak dia pertama kali berkunjung di awal bulan Juli 1989 dulu. "Bukan sama penghuninya", katanya (kurang ajar betul ya!) Tapi memang demikianlah kenyataannya, tanaman apapun 'jadi' jika sudah kena sentuhan tangan dingin ibuku. Tak heran kalau orang bisa betah berlama-lama di rumah ibu nan asri itu (ah.. kok jadi 'kangen' ya..hiks)

Dan, aku benci setengah mati karena suamiku selalu membanding-bandingkan aku dengan ibu dalam soal tanam-menanam dan rawat-merawat bunga itu. Dia menyayangkan kenapa aku tak bisa mewarisi 'bakat' ibu yang satu itu (So what gitu loh..). Dia bahagia banget jika ibuku berkomentar soal tanamanku yang 'tak terawat' dengan baik. "Iya Bu, maklum wanita karier, nggak sempet.." begitu dia memanas-manasiku. Parahnya, komentar-komentar ibuku tiap berkunjung ke rumah kami dan sentilan suamiku (yang sering mematikan karakter) itu malah membuatku semakin malas. Kuserahkan begitu saja perawatan tanaman2 di halaman rumahku itu sama si Empok, yang -paling banter- hanya disiraminya aja tiap sore.

Hingga suatu ketika, sahabatku Henie Suryana lewat blognya (http://nisanajma.multiply.com/) sharing tentang anggrek-2nya yang berbunga setelah sering diajak ngomong. Tanaman bagai manusia!!, demikian dia beri judul pada postingan yang berisi tulisan & foto2 anggreknya itu. Aku cukup terinspirasi oleh ceritanya itu. Sebenarnya sih, dulu ibuku-pun pernah mengatakan hal -yang kurang lebih- sama.
Ketika aku akan berangkat ke tanah suci 2 bulan lalu, selain aku 'pamit' sama keluarga besarku & keluarga besar suamiku, teman2 sejawat, para tetangga dan handai taulan, aku juga 'pamit' sama rumah & kompleksku ('jangan banjir ya..' gumamku ketika itu). Tiba-tiba kulihat tanaman2ku di halaman yang sepertinya 'merana' akan kutinggal pergi. Dan malam2 sebelum esok paginya aku 'berangkat' itu, kupamiti mereka satu persatu. Kuelus-elus daun2 anggrek -pemberian ibuku- yang sudah lama 'ngambek' tak berbunga itu (padahal waktu kubawa dulu bunganya sampai 3 bulan nggak habis2), kusirami dia dengan air -bekas cucian- beras. Kuajak dia bicara sepenuh hatiku: "Maafin aku ya Nggrek, selama ini 'tak kuurus' kau dengan baik. Aku pergi dulu, kalau aku pulang nanti sambut aku dengan 'bunga'-mu yaa.."

Subhanallah, aku benar2 kaget waktu pulang dan mendapati anggrek-ku telah mulai kuncup. Sejak itu aku makin rajin menyiraminya dengan 'air beras'. Dan kini lihatlah, anggrek-ku telah berbunga, 2 tangkai sekaligus! Paling tidak, aku telah mematahkan 'mitos' suamiku bahwa aku tidak bisa mewarisi bakat ibu (walapun tentu saja aku tak bisa secanggih ibuku, red). I love you, Mom..

Tidak ada komentar: